E-Learning atau sekarang lebih populer dengan istilah Daring (Dalam Jaringan) merupakan salah satu implementasi kemajuan teknologi di bidang pendidikan dimana proses pembelajaran dapat dilakukan dari jarak jauh menggunakan media elektronik dan berbasis internet. Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, metode Daring dianggap paling cocok untuk mencegah terjadinya kontak fisik secara massal saat kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Namun, terlepas dari pandemi yang sedang berlangsung apakah metode Daring ini lebih baik dari metode Luring (Luar Jaringan) atau yang lebih mudah dipahami sebagai metode pembelajaran secara tatap muka khususnya untuk pendidik dan anak didik Desa Tanggulrejo? Untuk mengetahui hal tersebut perlu analisa mengenai dampak penggunaan metode Daring untuk pembelajaran di Desa Tanggulrejo. Pada artikel ini akan dipaparkan dampak positif dan negatif metode Daring berdasarkan sudut pandang saya sebagai pelajar di Desa Tanggulrejo.
Metode Daring dipilih bukan karena tanpa alasan, metode ini banyak memberikan dampak positif dalam berbagai aspek. Dampak positif dari metode Daring diantaranya adalah adanya dorongan bagi pendidik baik guru maupun orang tua dan juga anak didik untuk lebih mengenal teknologi terutama bagi masyarakat Desa Tanggulrejo yang masih awam akan penggunaan teknologi yang mana pengetahuan akan teknologi sangatlah penting di era serba digital saat ini, internet yang sangat luas juga memberikan peluang lebih besar bagi anak didik untuk mengeksplorasi pengetahuan dan wawasan sehingga mereka menyadari bahwa belajar bukan hanya tentang menghafal materi yang telah disediakan oleh pengajar dan menemukan bidang ilmu pengetahuan yang disukai. Selain itu, metode Daring lebih efektif dan efesien untuk belajar karena dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Disamping kelebihan yang disuguhkan, masih terdapat berbagai dampak negatif dari metode Daring yang juga sering dikeluhkan oleh beberapa masyarakat Tanggulrejo, diantaranya adalah kebanyakan pendidik yang kurang mampu mengoptimalkan penggunaan teknologi multimedia seperti animasi, video, dan lain sebagainya untuk penyampaian materi belajar dapat menyebabkan kejenuhan dalam belajar sehingga materi tidak tersampaikan dengan baik. Tidak jarang pula pengajar memberikan tugas yang lebih banyak dibandingkan saat belajar tatap muka, dengan materi yang tidak terlalu dipahami atau bahkan anak didik ‘tidak tahu apa yang tidak diketahui’ pada materi sedangkan interaksi dengan guru dan teman terbatas, hal tersebut dapat menyebabkan stress pada anak didik khususnya tingkat tingkat SMA dan perguruan tinggi karena kebanyakan orang tua dan orang di sekitar tidak memiliki pengetahuan mengenai materi belajar, terutama bagi jurusan yang membutuhkan lebih banyak praktik daripada teori akan mengalami lebih banyak kesulitan.
Di sisi lain, pada tingkat SD hingga SMP tidak menutup kemungkinan bagi anak yang memiliki semangat belajar yang rendah akan mengandalkan orang di sekitarnya termasuk orang tua untuk mengerjakan tugas. Selain itu, waktu belajar yang lebih singkat dan minimnya pengawasan saat belajar menyebabkan banyak waktu luang yang disalahgunakan untuk bermain, menonton film, dan kegiatan lainnya yang dapat menurunkan minat belajar, minimnya pengawasan tersebut juga menyebabkan penilaian kemampuan anak didik menjadi tidak optimal. Selain kendala dari segi kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam proses belajar mengajar, kendala dari media belajar pun kerap terjadi terutama di daerah pedesaan seperti koneksi internet dan media elektronik yang kurang memadai. Masalah mahalnya kuota internet juga menjadi kendala terutama saat ekonomi tidak stabil akibat pandemi Covid-19 saat ini.
Dilihat dari kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Daring, menurut saya metode ini ‘belum’ cocok jika diterapkan terutama di daerah pedesaan seperti Desa Tanggulrejo. Mengapa ‘belum’? ‘belum’ bukan berarti ‘tidak’ dapat diterapkan, meskipun saat ini apabila dianalisa metode Daring masih memiliki banyak kekurangan, namun kemajuan teknologi tidak dapat ditampik untuk masa depan pendidikan di era digital ini. Masalah utama yang menyebabkan metode ini belum cocok untuk sebagian besar masyarakat terutama di daerah pedesaan seperti Desa Tanggulrejo diantaranya adalah masih kurangnya pemahaman untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi beserta manfaatnya, keterbatasan akses internet dan media elektronik yang dibutuhkan, kurangnya sinergi antara guru dengan orang tua dalam proses pembelajaran metode Daring dan yang tidak kalah penting adalah masih minimnya kesadaran diri dan semangat mencari ilmu bagi sebagian besar masyarakat sehingga apabila tanpa pengawasan atau pengontrol dari luar diri untuk belajar maupun bekerja dapat menyebabkan turunnya kualitas sumber daya manusia.
Apabila permasalahan tersebut dapat teratasi, selanjutnya dapat dianalisa kembali output kualitas pendidik dan anak didik sehingga dapat ditentukan metode pembelajaran yang tepat baik Luring, Daring, maupun kombinasi keduanya.
Bergabunglah bersama tim Berita Tanggulrejo dengan mengirim naskah berita yang kamu buat terkait informasi yang bermanfaat seputar Desa Tanggulrejo dan sekitarnya melalui: